Mahasiswa UI Berkarya Melalui Poster

Kusuma Wardhani Wijayanti (18), adalah salah satu mahasiswa baru jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia angkatan 2019. Meski masih semester awal berkuliah, ia sudah menjadi kontingen lomba poster di ajang seni se-UI bernama UI Art War. Ia merasa tegang karena ini merupakan pertama kalinya ia mengikuti ajang lomba di Universitas dan membawa nama fakultas.
Proses seleksi dalam menjadi kontingen ini tidaklah mudah. Kusuma harus membuat poster dengan tema mengkritik hal apapun namun gambar tersebut tidak menunjukkan kritik itu sendiri. Ia pun harus rela membuat poster di kafe sampai malam hingga menginap di tempat kakak tingkatnya. Ia pun mengaku awalnya tidak ingin ikut, namun karena kakak tingkat yang terus menerus mengajaknya, ia pun akhirnya tertarik. Ia mengaku merasa senang karena dapat lolos seleksi mengikuti lomba poster mewakili FISIP ketika ditemui kemarin Jumat (8/11) di FISIP UI.
Foto Saat Kusuma Mempresentasikan Posternya di Lomba Poster UI Art War Jumat (8/11)
(Dok. UI Art War)
Kusuma mengangkat tema dalam posternya yaitu tentang toxic masculinity. Tokoh utama yang ia gambarkan adalah seorang laki-laki yang telah mengalami pemerkosaan. Namun, karena masyarakat yang nampaknya masih banyak menganut laki-laki adalah yang dominan, laki-laki yang tidak boleh jadi korban, dan hal-lainnya. Ia menyimbolkan bahwa kata-kata masyarakat yang negatif tertanam ke dalam  pikiran laki-laki tersebut. Sehingga ia menyimbolkan ketika laki-laki itu membuka ke masyarakat, masyarakat itu berkata-kata negatif yang akhirnya memasuki otak dia. Sehingga dalam posternya, Kusuma menggambarkan otak sebagai latar belakang dengan ada banyak kata-kata kasar. Yang berujung laki-laki tersebut mengisolasi diri dengan masuk ke kepompong. Inspirasi ini Kusuma dapatkan dari pelajaran sosiologi yang ia ambil dari masalah sosial institusi total. Yaitu dimana manusia itu diubah pola pikirnya ketika masuk ke suatu tempat. Kusuma pun aku berandai-andai jika bukan tempatlah yang bikin manusia itu berubah, tapi keputusan manusia itu sendiri. Akhirnya si cowok ini ingin mengubah dirinya dengan institusi total dengan mengurung diri sendiri.  Ia menggambarkan cowok ini dengan mengisolasi diri masuk ke kepompong.  Tapi setelah dia keluar dari kepompong, ia berharap untuk menjadi ngengat sebagai lambang kelahiran kembali. Ia pun terinspirasi dari film silent of the lamb.
Poster Kusuma Wardhani: Toxic Masculinity
Ketika laki-laki tersebut keluar dari persembunyiannya, masih tidak ada yang berubah. Kejadian dari masa lalu masih ada, perkataan dari masyarakat itu tetap ada tetap mengingat, dia itu tetap seperti dia. Namun, Kusuma juga menggambarkan ada cahaya ilahi di kepala laki-laki tersebut. Yang berarti harapan untuk berubah masa lalu, untuk mencegah masyarakat yang negatif mengenai lelaki itu sendiri. Bukanlah dari berandai-andai dari celah diri orang lain yang digambarkan dari ngengat dan bukan dari mengisolasi diri, namun awal  harapannya dari lelaki itu yaitu menjadi lelaki itu mencari harapan-harapan lain sedangkan harapan itu sendiri selalu ada. Pesan moral yang ia ingin sampaikan adalah mau bagaimanapun hidup kita, kita itu akan tetap mempunyai harapan, karena harapan itu berasal dari diri sendiri, asalkan kita masih ada kemauan untuk hidup.
Tema besar UI Art War tahun ini mengenai kontemplasi retrospektif yang artinya berkaca atas kejadian-kejadian masa lalu  dan apa yang bisa kita pelajari. Khususnya untuk poster ini temanya alih bentuk realita, yakni gambar suatu poster dan tapi makna yang kita gambar tidak sesuai dengan apa yang kita gambarkan, sehingga menjadi surealis.
Ia mengaku hambatan dalam menjalankan lomba poster ini adalah menggambar sosok lelaki seperti dari postur tubuhnya karena biasanya ia lebih sering menggambar perempuan. Meskipun demikian, Kusuma dulunya sempat memenangkan lomba-lomba dalam seni gambar. Mulai dari SD Juara 2 cerita bergambar sekecamatan Kramat Jati di SD Sudirman, SMP juara 2 lomba sekecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, hingga juara lomba mading saat di SMA 14.
Kusuma ingin bekerja di industri kreatif. Ia berharap ajang lomba seni ini menjadi salah satu langkah atau batu batu kecil untuk ke pekerjaan impiannya. Ia ingin menjadi content creator, di startup atau media periklanan. “Jadi illustrator atau grafik desainer di industry kreatif,” ungkapnya.
Audio: 
"Tadi lomba jujur aku tuh kan sebelumnya nginep karena aku takut ketiduran. Karena aku tegang jujur aja  karena ini lomba pertama aku di universitas dan ngebawa nama fakultas jadi itu tegang banget sih. Tapi setelah menjalani lomba tersebut jadinya let it flow aja gitu, oh yang lain sama-sama berjuang dari perwakilan fakultas terus makin lama makin relaks sih,"


Keywords Seni, Lukis, Mahasiswa, UI, FISIP, UI Art War

Comments

Popular posts from this blog

Polemik Revisi UU KPK: Perppu Justru Lebih Liar

Mahasiswa FISIP UI: Beradaptasi Dari SMA Ke Kuliah